Sabtu, 12 November 2011

Si Bocah Troublemaker

Setelah lulus TK Dharma Wanita Suruhan Kidul tahun 1997, saya melanjutkan pendidikan ke jenjang SD di SD Negeri Bandung 1. Konon katanya SD Negeri terbaik se-Kecamatan Bandung, Tulungagung.

Awal masuk SD Negeri Bandung 1, sifat dan perilaku sewaktu TK masih terbawa : pendiam, pemalu, dan penakut. Namun seiring berputarnya waktu naik ke kelas 2, tak bisa dipungkiri sifat pendiam, pemalu, dan penakut itu pelan-pelan hilang dengan sendirinya. Mungkin karena faktor adaptasi, yang sebelumnya kurang begitu kenal, jadi lebih kenal dan akrab dengan teman sekelas. Disini sifat saya mulai beralih menjadi tukang usil dan jahil. Walau sebagian besar korbannya adalah teman sekelas, tapi guru pun tak luput dari kenakalan saya. Dasar memang bandel saya waktu itu.

Dan yang tak terlupakan hingga saat ini, yaitu kejadian waktu kelas 3. Gara-gara bikin gaduh di kelas, saya pun lantas dihukum sama pak guru berdiri di depan papan tulis. Lantaran berdiri terlalu lama, saya pun berkeringat hingga pada akhirnya bentuk tubuh saya ngecap di papan tulis kelas . Lantas pak guru dan teman saya sekelas tertawa semua, dan kemudian saya pun dipersilahkan duduk kembali ke bangku oleh pak guru.

Kejadian yang tak kalah seru dan yang juga tak terlupakan, yaitu kejadian saat kelas 4. Lantaran kenakalan saya, banyak teman saya yang mengadukan ke orangtuanya. Dan saat itu juga atau besoknya saya pun didatangi ke sekolahan, saya pun diperingatkan untuk tidak nakal lagi sama anaknya.

Sepertinya saya tak kenal kapok waktu itu. Naik ke kelas 5, saya pun kena omelan wali kelas, akibat hal yang serupa seperti sebelum-sebelumnya, yang lantas kemudian dipindahkannya bangku tempat duduk saya.

Setelah sekian lama menorehkan catatan buruk mulai kelas 2 - 5, naik ke kelas 6, penyakit nakal, usil, dan jahil saya agak sedikit menurun, mungkin karena salah satu anak kesayangan wali kelas kali. Saya pun malu kalau ketahuan nakal lagi, meskipun kadang kenakalan saya kambuh kalau di luar kelas.

Pernah kejadian waktu pas main sepakbola, pertandingan antara SDN Bandung 1 (SD saya) melawan SDN Bandung 3 (SD sebelah, kini sudah tiada, karena dimerger dengan SD saya). Hampir setiap jam istirahat kedua SDN tersebut selalu tanding sepakbola, dan hampir setiap harinya pula SD saya (SDN Bandung 1) selalu menang, hasil terjelek yang didapat draw (imbang). Maklum waktu itu boleh dibilang generasi emas SD saya, meskipun sudah saling kenal dengan lawan, seringkali adu kaki (tendang-tendangan kaki), tidak jarang pula adu jotos, itu pun karena atmosfer pertandingan yang begitu panas. Selain itu juga karena faktor tak ada pemimpin pertandingan alias wasit di lapangan. Jadi kedua tim bermain bola seenaknya sendiri. Ketika pertandingan menjurus adu jotos, eh tiba-tiba ada temen sekelas yang ng'lihat saya pas lagi berantem. Kemudian saya pun dilaporkan wali kelas, yang kemudian saya diamankan ke dalam kelas oleh teman-teman sekelas.

Mungkin kenangan pahit yang tak pernah dan tak kan terlupakan adalah kekalahan SDN Bandung 1 atas SDN Suruhan Kidul 1 dalam drama adu penalti, setelah kami hanya mampu bermain imbang 1-1 dengan mereka. Saking kecewa dan terpukulnya para supporter kami (khususnya teman-teman cewek sekelas) pada nangis meratapi kekalahan tersebut.

Begitulah napak tilas perjalanan Si Bocah Troublemaker. Mungkin adegan cerita diatas tidak baik dan tidak pantas untuk ditiru, cukup saja sebagai pelajaran buat anda sekalian. Tidak lupa saya juga meminta maaf kalau selama hidup ini, saya punya salah dengan anda sekalian. Terimakasih..* :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bagaimana komentar anda ? :)